Rabu, 04 Januari 2012

Internet Bukan Akar Terorisme

JAKARTA (voa-islam.com) – Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring menegaskan bahwa situs-situs internet adalah bukan akar terorisme. Jika orang gara-gara membuka situs jadi teroris, semua blogger bisa jadi teroris semua.

Tifatul Sembiring mengatakan, kementeriannya telah memblokir 300 situs yang dianggap mengajarkan radikalisme. Namun, kata dia, internet bukanlah akar radikalisme yang bisa membuat seseorang menjadi teroris.
“Menurut saya, akar radikalisme itu bukan karena mengakses situs. Tidak ada orang menjadi teroris karena membuka situs, nggak ada, boleh dibuktikan,” kata Tifatul di Jakarta, Kamis (29/9/2011).
...akar radikalisme itu bukan karena mengakses situs. Tidak ada orang menjadi teroris karena membuka situs...
“Kalau orang gara-gara buka situs jadi teroris, itu semua blogger bisa jadi teroris semua, buktinya nggak,” tambahnya.
Menurut dia, seseorang menjadi teroris itu karena kesalahan dalam memahami sebuah ajaran. “Orang jadi teroris itu karena kekeliruan, salah memahami ajaran agamanya. Tidak ada ajaran Islam yang memperbolehkan kita menyerang tempat ibadah,” kata dia.
Pasca peledakan bom di depan Gereja Bethel Injil Sepenuh (GPIS) Solo, Jawa Tengah pada Minggu (25/9/2011),  wacana penutupan situs jihadi radikal marak diberitakan. Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta Menkominfo agar menutup situs-situs jihadi radikal yang dianggap mengajarkan terorisme. Menurut Ketua PBNU KH Said Aqil Siradj, pengaruh situs radikal itu lebih berbahaya terhadap kenyamanan hajat bangsa daripada situs porno. Madharat situs porno hanya berdampak individual, sementara situs radikal berefek sosial. “Situs porno secara hukum fikih tak berdosa, hanya makruh. Yang dosa itu yang membuat dan menjadi bintang porno,” ujarnya.
...Kalau orang gara-gara buka situs jadi teroris, itu semua blogger bisa jadi teroris semua...
Sedangkan situs radikal, menurut Said Agil, lebih berbahaya karena merusak iman karena membelokkan makna jihad dalam ajaran Islam.
Untuk mendukung argumennya, Said Aqil berdalih bahwa Ahmad Yosepa Hayat, pelaku pemboman gereja Solo mengakses situs arrahmah.com di warnet sebelum beraksi.
Namun Tifatul membantah keras argumen ini. Menurutnya, jaringan teroris mempunyai jaringan yang menggerakkan.
“Yosepa itu meledakkan bom bukan karena situs di warnet. Itu ada struktur yang mengelola, itu tugas polisi yang membongkarnya. Siapa yang memerintahkan, biayanya dari mana, dan siapa yang mendoktrin.

0 komentar:

Posting Komentar